PERAN PUSTAKAWAN DALAM SCHOLARLY COMMUNICATION

Dilaksanakan Oleh Direktorat karir dan kompetensi SDM, Direktorat Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tanggal 1-4 Mei 2018 di Bandung

 

Pelaksanaan bimbingan teknis ini dimulai pada sore hari yang di awali dengan pembukaan oleh Bapak Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. Selaku Direktur Karier dan Kompetensi Sumber Daya Manusia. Beliau menyampaikan untuk menjadikan bimbingan teknis ini sebagai modal untuk meningkatkan kemampuan pustakwan dalam memajukan institusi dan diharapkan kegiatan ini tetap berlanjut serta bisa dimanfaatkan ilmunya.

Kemudian acara selanjutnya dilakukan pemberian materi oleh  Ibu   Dra. Luki Wijayanti, SIP., M.Hum dengan judul materi Pengembangan Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Dalam materi beliau mencoba menjelaskan hubungan antara Kemenristek Dikti, Perguruan Tinggi serta Perpustakaan Perguruan Tinggi. Hubungan ketiga istitusi ini bisa di lihat dari visi misi serta tujuan dari masing- masing institusi. Untuk Kemenristek-dikti memiliki tujuan untuk meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi untuk keunggulan daya saing bangsa; Meningkatnya inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa; dan Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien dan berintegritas dalam rangka reformasi birokrasi. Sedangkan Perguruan Tinggi memiliki tujuan untuk dimasing-masing perguruan tinggi namun secara umum memiliki tunjuan untuk memajukan diri dalam tata kelola pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan publikasi ilmiah. Sedangkan Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki fungsi untuk membantu Perguruan Tinggi  dalam mencapai visi dan misi serta tujuan Perguruan Tinggi yang menaungi perpustakaan tersebut.

Secara umum pepustakaan memiliki fungsi Edukatif , Informatif, Riset, Rekreatif dan Kreatif, Publikasi, Deposit dan Interpretasi namu belum semua Perpustakaan Perguruan Tinggi mampu melaksanakan fungsi tersebut di atas. Oleh karena itu, setidaknya Perpustakaan Perguruan Tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan pemustaka diantaranya:

1.     Untuk staf pengajar : perpustakaan harus mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.

2.     Untuk mahasiswa : perpustakaan harus menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen dalam rangka studinya.

3.     Untuk peneliti : perpustakaan harus mengikuti perkembangan  mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan pustaka lain yang bermanfaat bagi para peneliti.

4.     Pemustaka secara umum: Perpustakaan dapat menyediakan segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan pemustaka.

Berkaitan dengan poin 4 dalam menyediakan segala yang berkaitan dengan pemustaka, pada masa sekarang ini terjadi perubahan kebiasan pemustaka di perpustakaan diantaranya: Mengerjakan tugas kelompok di tempat yang cozy, Tempat yang nyaman untuk atau untuk sekedar bersantai, duduk-duduk sambil ngadem , Unduh / nonton film/ mendengarkan lagu , Kerja kelompok dengan dari orang luar institusinya, Belajar/ mengerjakan tugas akhir dll. Sehingga perpustakaan perlu menyediakan Fasilitas akses: komputer dan jaringannya (internet bandwidth dan  wifi) dan fasilitasnya seperti lap-top, ipad, dll, Group and individual work spacess, Writing center, Councelling and advising services, Tutoring, Disability services, Practice presentation area , Kursi/sofa yang nyaman, Tidur sejenak Makanan (food court, restaurants), Fasilitas olah raga ( gyms, fitness center) dan Hiburan (Cinema, studio musik, panggung). Sehingga menjadikan konsep perpustakaan yang berbeda dengan konsep perpustakaan formal seperti yang kita pahami selama ini.

Pada hari kedua bimbingan teknis ini di berikan materi tentang komunikasi  ilmiah oleh Bapak Aditya Nugraha. Beliau menjelaskan dalam komunikasi ilmiah terjadi proses yang berkesinambungan yaitu Research, data, koleksi dan analasis kemudian mengarang kemudian mengulas kemudian publikasi kemudian dilayankan. Hasil dari pelayanan ini kembali dimanfaatkan sebagai data koleksi dll sebagainya, untuk kembali berproses. Jenis koleksi yang termasuk dalam komunikasi ilmiah adalah

sumber : slide komunikasi ilmiah (scholarly communication) Bimbingan Teknis Pustakawan DIKTI – 01 Mei 2018 – Bandung oleh Aditya Nugraha

Pada saat sekarang ini media yang digunakan untuk penyebaran informasi dengan mnggunakan jaringan internet sehingga perlu identitas untuk memudahkan dalam mengidentifikasi. Identitas untuk karya ilmiah dinamakan DOI (Digital Object Identifier), sedangkan untuk peneliti dinamakan SCOPUS Author ID (Elsevier),  Researcher ID (Thomson-Reuters),  Google Scholar ID,  OrcID (Open Researcher and Contributor ID),  ISNI (Intl Standard Name Identifier), VIAF (Virtual Intl Authority File), LinkedIn (more for professionals than academic) dan lain sebagainya. Selain itu,  media yang digunakan untuk penyebaran informasi bisa berbentuk apa saja misalnya Email Signature,Situs Web Institusi, Blogs, Tube sites, Facebook, Twitter, Instagram, etc. Media online & tradisional (cetak & elektronik), Media Sosial bagi Peneliti/Akademisi (Academia, Research Gate, Mendeley dan lain- lain

 

Pemateri selanjutnya adalah Bapak Ida Fajar Priyanto menjelaskan tentang Sistem, infrastruktur, dan trend ke depan repositori institusi. Dalam materi yang disampaikan oleh beliau menjelaskan awal perkembangan repository ini adalah berkembanganya perpustakaan digital di dunia. Tren kedepan ini menjadikan media sosial bagian dari sumber informasi dan bisa dimanfaakan sebagai repository. Pada masa sekarang ini penggunaan sumber informasi yang berbayar sangat tinggi dan terus meningkat setiap tahun karena dimanfaatkan oleh penyedia informasi. Sehingga kasus ini mendorong untuk menjadikan sumber informasi yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja (open acces).  Tujuan dari keterbukaan informasi ini agar mampu mengembangkan penelitian, sumber pengetahuan dan komunikasi ilmiah dll. Sehingga dengan adanya penyebaran informasi ini menjadikan pengetahuan semakin berkembang.

 

Selanjutnya pemateri Amirul Ulum dengan tema Pengembangan Repositori Institusi. Beliau menjelaskan bahwa awal munculnya repositori di Indonesia berdasarkan SE Dirjen Dikti tentang kebijakan unggah karya ilmiah dan jurnal, kebutuhan dosen untuk kenaikan pangkat  serta kewajiban perguruan tinggi untuk menggunggah karya mahasiswa dan dosen kedalam portal garuda. Beliau merupakan ketua FPPTI Jawa Timur dan sudah bergerak cepat untuk membangun jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Beliau menjadi pemateri terkahir pada hari ke dua bimtek ini.

 

Kemudian pada hari ke tiga bimtek ini semua peserta di bawa berkunjung ke Perpustakaan Pusat Universitas Telkom (http://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/). Perpustakaan ini merupakan salah satu contoh perpustakaan yang mengedepankan kebutuhan pengguna dengan konsep seperti dirumah sendiri. Perpustakaan ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap seperti koleksi sumber informasi (buku, majalah, audi visual dll), ruang baca, ruang studio mini, resturant mini, ruang komputer, ruang audio visual, ruang diskusi dll. Perpustakaan Telkom juga melakukan kerja sama dengan berbagai perpustakaan diantaranya kerjasama silang layan koleksi. Sehingga dimungkinkan kepada perpustakaan mana pun bisa melakukan kerjasama dengan mereka. Selain fasilitas perpustakaan ini juga melakukan program pembinaan bagi masyarakat sekitar misalnya program belajar dan bermain bagi anak-anak disekitar Universitas Telkom dan lain sebagainya.

Setelah melakukan kunjungan tersebut, kegiatan selanjutnya di isi oleh pemateri Pak Jonner Hasibuan menjelaskan tentang Peran Pustakawan Dalam Mendukung Publikasi Karaya Ilmiah Sivitas Akademika. Dewasa ini m asalah publikasi karya ilmiah sivitas akademika menjadi perbincangan hangat dalam kehidupan akademik di Perguruan Tinggi di Indonesia pada kurun waktu sepuluh tahun terkahir ini, khususnya publikasi pada jurnal.  Ada tiga isu terkait dengan publikasi pada jurnal ilmiah di Perguruan Tinggi sekarang ini:

  • Akreditasi Program Studi maupun Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) menuntut publikasi artikel jurnal yang tinggi. Semakin banyak publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional, semakin tinggi peluang memperoleh skor 4. Pada borang Prodi S2 dan S3 serta Borang Akreditasi Pergruan Tinggi (APT) ditanya seberapa banyak artikel jurnal yang terindeks pada lembaga sitasi internasional.
  • Kewajiban Publikasi Ilmiah bagi Lulusan Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti melalui Surat Edaran Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah memberlakukan ketentuan untuk lulusan setiap jenjang program pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai berikut: Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah. Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional diutamakan yang terakreditasi Dikti. Untuk lulus program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.
  • Kenaikan pangkat/jabatan dosen mewajibkan publikasi jurnal. Untuk mencapai jabatan lektor kepala, seorang dosen harus menulis di jurnal nasional terakreditasi atau internasional. Khusus mencapai jabatan guru besar publikasi dosen harus pada jurnal internasional yang terindeks scopus dan berfaktor fampak (impact factor). Kecenderungan kenaikan pangkat/jabatan bagi dosen untuk jabatan lektor kepala dan guru besar dominan ditentukan unsur penelitian dan publikasi dibanding unsur pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Publikasi pada jurnal atau majalah ilmiah semakin didorong dan diharuskan terutama pada jurnal internasional, untuk menaikkan peringkat. Permerintah dan/atau sejumlah Perguruan Tinggi menyediakan insentif berupa dana yang besar untuk setiap publikasi pada jurnal internasional.

Setelah kegiatan tersebut dilakukan adalah penutupan acara bimbingan teknis yang dihadiri oleh Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi yaitu Bapak Prof. dr. Ali Gufrom Mukti, M,Sc. Ph.D. Beliau berharap dengan adanya bimbingan teknis menjadikan pustakawan yang terampil dan membantu menyebarkan informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pada hari keempat dilakukan proses administrasi kepulangan dan penyerahan sertifikat sebagai bukti telah dilaksanakan bimbingan teknis ini dengan baik. Dengan adanya  bimbingan teknis ini memberikan pemahaman baru kepada para pustakawan untuk lebih giat lagi dalam mengembangkan repositori dan dengan semangat open access mampu memberikan manfaat ilmu kepada pemustaka, peneliti, dan masyarakat luas untuk pengembangan ilmu pengetahuan nantinya.

Materi bimbingan teknis bisa di download disini